Setiap orang pasti merasa hidupnya biasa. Sampai saat menatap buku sketsamu enam tahun lalu, kalian baru menyadari bahwa semua berubah, sedikit demi sedikit. Melihat hari ini adalah rasa syukur. Dan menulis impian adalah tekad.
Saya tidak mencintai menulis, sobat. Kalau bisa, selamanya hanya ada mata pelajaran menggambar! Kuingat saat SMA, guru bahasa Indonesiaku yang terhormat, baik pula hatinya mengatakan bahwa tulisan jelek, tak terbaca, kalimat tidak efektif, terbolak-balik [ maklum di daerahku, dalam keseharian menggunakan bahasa baku namun penerapannya terbolak balik, mungkin saja artikel ini ada yang seperti ini? hehe ] dan ia mengatakannya di depan kelas. JLEPP! Semuanya mendengar bu guru....
Lihat, guruku saja tidak yakin menulis adalah jalanku. Karena aku sudah jatuh cinta sama yang lain. MENGGAMBAR. Ya, sudah kurintis sejak kelas 3 SD..tapi baru serius saat 5 SD. Aku berhasil memenangkan kejuaraan di kota, baik atas nama sekolah maupun secara pribadi. Tapi sayang, SMP ku menomorsatukan akademik dan bahasa Inggris. Wah, bahasa indonesia makin acak badut deh. Selama itu juga aku hanya mendalami secara autodidak. Begitu tiba di kota lain saat memulai SMA, semua benar-benar drastis. Kota Pelajar membawaku untuk melihat beberapa art exhibiton. Wah, mereka hebat. Kuperhatikan satu persatu detail dan warna tiap lukisan. Dan lagi, salah satu teman sekolahku mengenalkanku dunia digital art hingga drawing tablet. Aduh Wacoomku pasti kesepian karena sekarang aku lagi mengetik. Hingga kuliah kini , aku magang di sebuah surat kabar di kampusku sebagai illustrator.
Silahkan kunjungi DA ku ya teman-teman.cool-n-spicy.deviantart.com.
Nah, tapi ingat hobi dipeliara tapi menulis penting. Baru Desember 2012 terpikir untuk menulis karena menggambar dan menggambarlah yang ada dibenakku. Saya tak menyangka kalau menulis itu penting sampai merenungkan, ternyata begitu banyak tulisan diberbagai halaman, berbagai blog telah menyelamatkanku setiap menentukan pilihan.
Saya ingat sekali saat kelas 2 SMP, waktu mau memastikan apakah sekolah jauh, jauh dari rumah, keluarga dan kampung halaman adalah pilihan tepat atau tidak. Selalu saja baca artikel di internet. Saat pilihan jatuh, komentar di bawah halaman mempengaruhi. Saya yakin belajar dari pengalaman mereka adalah jalan yang netral, setidaknya mereka memiliki bekal meskipun bukanlah orang yang kukenal.
Aku bersyukur memiliki orang tua yang demokratis, berani menaruh pilihan ditangan anak mereka yang masih berumur belia. Akhirnya saat berumur 15, aku bisa menginjakkan dipulau bangsa Indonesia yang lain.
Teman-teman, ternyata menulis dapat merubah begitu banyak aspek. Pola pikirkah, perasaankah, semua bisa dipersuasif. Maka jangan seperti saya, terlambat, terlalu lambat melangkah. Usia 18 yang lamban.
Terkadang saya menyesal, tidak menulis record-record penting di hidupku.
Maaf kalau artikel aneh, saya sangat tidak terbiasa dengan menulis. Mohon kritknya ya.