Saya berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Dan papaku mau mengantar keberangkatan saya. Katanya sekalian bertemu rekan kerjanya.
Pertama ke money changer. Tukar ke Yen. Sepertinya, di Jepang menukar Rupiah ke Yen akan sangat mahal. Mungkin, Rupiah ga laku jadinya mahal.
Saya siapkan koper yang beratnya 19 kg. Naas, hanya boleh bawa 20 kg di dalam bagasi. Selebihnya, mahal lalala... Kayaknya saya bawa baju kebanyakan.
Saya hanya menenteng tas ransel berisi laptop etc dan sebuah tas besar berarek-arek GO GREEN berisi kabel-kabel dan mahkota Dampelas dari kayu hitam. Sungguh berat!
Saya masuk ke Terminal 2 dan check-in dua jam sebelum keberangkatan. Memang, sangat berbeda dengan Terminal Dosmetic. Disini, antri sangat rapi. Di dosmetik pun antri tapi acak badut tata letaknya. Disini, saya menyerahkan kertas nomor booking penerbangan dan paspor. Kena tac sekitar 150 ribu. Koper saya juga aman! 18,9 kg~..uhuhu....
( Waduh, musti mutar balik berpikir...apa oleh-oleh musti kutenteng ya? )
Saya masuk dan pamit sama papa. Tak lupa berdoa agar imigrasi pun dilancarkan.
Antri di urusan imigrasi pun lancar. Dia bertanya, ada urusan apa saya ke Jepang. "Ada program pembelajaran budaya dan bahasa Pak".
Papaku tiba langsung menelpon. Oh iya, mau transit ke Singapore kan? Jangan lupa tukar dulu ke Dollar Singapore. Waduh. ATM BCA maupun Mandiri ga di dalam lagi. Kalau keluar dari wilayah Imigrasi cuma demi ATM lalu balik, ya sibuk urusan periksa lagi. Untungnya, ada BRI. Wahai BCAku, kenapa engkau tidak bisa? Lagi beranteman ya? Tapi, Mandiri lancar. Saya tarik uang dan menukar ke kurs Dollar Singapore.
Nah, pemeriksaan lagi, makin dalam makin greget. Lepas sepatu. Mantap! Ikat pinggang, mudah-mudahan celana selamat. Cairan apapun tidak boleh kecuai sudah tersegel.
Ok, sekarang masuk ke ruang tunggu.
Ya sekitar sejam lagi. Wah banyak banget orang bule #Ndeso
Ada tiga kartu yang diberikan setiba di situ. Kartu hijau untuk kelas Ekonomi sedangkan high-class macam executive dan business class berwarna merah dan biru. Antrian diawali dari high class lalu masuklah para pejuang economy.*makna eksplisit
Wah. #Ndeso lagi
Keren! Lebih keren daripada Garuda Indonesia pas umroh.
Singapure Airlines lebih canggih. Ada TV dimasing-masing kursi, bantal serta selimut. Makanannya sih ga kalah sama Garuda.
Ada tiap angka mewakili 9 kursi lalu di bagi menjadi tiga-tiga-tiga.
Saya duduklah di 48D. Santai. Tinggal tunggu terbang.
"Excuse me, could you I look your boarding pass?" Gumam seorang pria berwajah India.
"WAH!! I'm sorry. 48 B. Sorry, hehe." Pindah deh.
Saya duduk di tengah. Di samping kanan kosong dan di kiri bule tinggi. Senyumnya itu tuh, menebar pesona. Sangat ramah dan melayani manakala saya gaptek dengan remote control TV pesawat. Mumet deh. Kapan yang pesawat ekonomi kita segini keren ya?
Tiba deh di Singapore. Sumpah, Bandaranya emang super luas. Memang kelas Internasional. Ededeh tolarenya..ndeso nya.
Tapi saking luasnya, capek ni kaki. Kayaknya ga nyampe-nyampe.
Nah, masuklah ke ruang tunggu A12. Tapi anehnya saya orang pertama.
"Is it right, Narita flight?"
"I'm sorry but we're no open yet. Still ten minutes remaining."
Saya diberi penjelasan bahwa masih 10 minutes lagi baru ruang tunggu ini bakal buka. Dia orang India namun bisa sedikit-sedikit bahasa Indonesia. Wah.
Paspor emang nyawa. Dimanapun, hampir semua check-up di bandara pake paspor. Nyawa para Foreigner. Dan pas security, laptop pun disuruh dikeluarkan dari tasnya. Ngapain pula coba? Ya, jalani saja.
Saya pun duduk sembari bingung dengan kertas kuning dan putih ini. Petugas menyuruh untuk diisi dan akan dikembalikan setiba di Jepang. Ini kertas...eh...kartu lah, kartu berkaitan dengan benda yang kita bawa saat ini. Berapa uangmu? Jelaskan barangmu bila totalnya melebihi 20.000 Yen.
"I'm sorry, didn't you forget something?", tiba-tiba seorang petugas menghampiri.
"hnnmm.. No?"
"Wanna make sure?"
"Hmm maybe?"
Ikutilah saya.. oH...ternyata tas pinggangku!..Oh, kamu baik-baik saja kan? Ga ada luka? Kamu ga di aniaya kan?
"Is it right?" Sambil memegang tas mungil tercinta
"Yes, it's mine"
Pake bahasa indonesia aja ya..
"Ini juga punya anda*boarding pass sebelumnya* ? Bisa tunjukkan boarding pass anda*yang lain*?"
(untung banget ada boarding pas di tasku dan di tanganku..koneksi yang hebat!)
"Isinya apa saja?"
"Oh, ada handphoneku, handphone putih Sony dan Nokia hitam, uang juga"
"Ok" Dia sibuk dengan menulis formulir kehilangan barang.
"Tolong tanda tangan disini, beserta nama"
"Terima kasih banyak ya.haha.."
Kebiasaan lama sulit diubah, untung saja pasporku pas lagi dipegang ditanganku.
Alhasil, saya masuk ke pesawat lagi. Saya duduk disamping seorang ibu yang cantik dan anaknya yang imut!!! Kebangsaan Singapore nan rupawan China. Saya sempatkan ngobrol-ngobrol.
Pas lagi enak-enaknya tidur, saya dibangunkan untuk makan. Hore! Tersedia menu Japanese food dan Western food. Tentu Japanese food, karena ada ikan. Ih...ikan. Suka banget!
Tidur pulas dan tau-tau sudah tiba di Jepang.
Proses penjemputan di Jepang
---
Di Bandara Narita, Jepang
Narita berada di Chiba-ken, dekat Tokyo dan 3 jam dari kampus saya.
Bagi pesertas sendiri terdapat 3 alternatif.
1.Naik bus Tokai.
2.Naik limousine bus dan disambut staff di stasiun Hon-Atsugi bakal mengantar ke kampus.
3.Pergi ke asrama kampus sendiri. Sebaiknya dengan taxi.
"Saya kurang ngerti. Tapi saya mengambil pick-up service", setelah selesai ngambil koper dan langsung nelpon ke pihak penyelenggara.
"Ok, bisakah saya tau dimana anda sekarang", sahut Jiny-san
Disini sedikit gga connect...akhirnya dia meminta agar memberikan telp ke petgas terdekat.
"Ok, sekarang saya sudah ngerti tempat anda"
Saya diminta untuk keluar dari situ dan alhamdulillah. Di pintu kedatangan ada pria berjas hitam dan rapi memegang papan bertulis "TOKAI UNIVERSITY. SQ638"
Dia menyambut dengan sangat ramah. Nama beliau ialah Fukushima-san. Dia mengetahui berbagai bahasa di antaranya Arab, Indonesia, Inggris. Dia langsung memandu saya dan membelika tiket limousine bus arah Shinkyou-alablaa..achaa... ah lupa namanya. Susah sekali. Lupa, lupa.
Tiketnya seharga 4000 Yen.
Benar-benar aman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di Jepang. Mereka benar-benar menolong kita sampai kita benar-benar berangkat dan masuk bis dengan selamat. Usahakan bisa bicara inggris. Lebih keren lagi kalau bisa berbahasa Jepang. Pasti lebih gampang nyambungnya.
Saya pun naik limousine bus melewati Kawasaki dan akhirnya tiba di Shinkyou..bla..blaaa (lupa).
Sesaat saya duduk, seorang pria kantoran merengkul tas laptopnya menyapa saya dengan bahasa Indonesia. Ternyata, ia adalah orang Jepang yang sudah lama bekerja di Indonesia sejak tahun 2003.
Dan dia duduk di samping saya, takdir ya?
Dia berasal dari Kawasaki, memiliki istri dan satu anak di Jepang sedangkan Satoshi-san sering pulang-pergi kerja ke Indonesia di dunia bisnis seperti kelapa sawit dan berbagai macam hal lainnya.Di tempatkan di Jakarta, Palembang dan Makassar. Bahasa Indonesianya pun bagus dan belum lama ini ini dia mengikuti ujian bahasa Indonesia. Selama belajar bahasa Indonesia, yang dirasakannya paling sulit ialah imbuhan dan kalimat pasif (serah terima). Curhat berbagai kesulitan bahasa ternyata sangat menyenangkan. Kami pun berbincang cukup lama, mulai dari makanan, musim, kemacetan, hingga ke-pariwisataan. Dia juga menjelaskan tempat-tempat yang saya lewati seperti Bay Bridge dan Minato Mirai 21 Yokohama.
Setelah dia turun di Kawasaki bersama penumpang lainnya, bus terasa sepi. Mulailah memotret kira kanan jendela. Perumahannya, toko-toko, jalan raya, benar-benar rapi, bersih, tenang dan berbeda.
Bus pun berhenti dan saya bertemu dengan orang penting, penjemput dari pihak penyelenggara. Dialah orang yang selama ini mengerim email ke saya serta penanggung jawab atas program ini. Utusan dari International Affairs of Tokai University, Jiny Nakamura. Cantik, langsing, putih dan ramah.
Barang saya berat. Satu koper dan satu tas raksasa yang berat. Dan gawatnya, dari sini masih naik kereta lagi. Waduh, naik turun tangga bawa koper, bagaimana ya. Bingung dengan tiket kereta, mulai dari beli, masuk dan keluarnya, bingung! Tapi untungnya Jiny membantu. Di dalam kereta, bisa kita rasakan, kita serasa di manga!!!
Kita sudah tiba di dunia manga! Harusnya udah sadar! Cewek-cewek berseragam sekolah medengar musik sambil bergosip, orang berjas kantoran yang duduk sambil tiduran, segerombalan pemuda-pemudi yang metal, kakek-kakek juga tidur, kereta dengan tempat duduk dan tempat kabin diatasnya, jendela kereta pun, MANGA sekali tau!!
Ini benar-benar berada di dunia manga, bukan?.Kyaaa!! Bisa kita rasakan hawa sepanas Indonesia di musim Natsu "Panas" ala Jepang. Tidak banyak yang berbeda, kecuali suasananya, high technology and clean.
Akhirnya tibalah di stasiun Tokai-daigaku mae! Ini masih distasiun, belum masuk asrama. Ok. masukkan tiket di dalam mesin lalu keluar, turun menggunakan elevator dan mengejar bus, sambil membawa koper, berat!
Di pintu masuk bus, Jiny mengambil secarik kertas dari mesin tak dikenal. Ya, itu tiket. "Kita bayarkan?"."Ya". "Kapan". "Tunggu, nanti pas keluar".
Oh, saat keluar ya? Hmm, masukkan uang pun dalam mesin. Serba teknologi.
Setibanya di depan gerbang, ambil foto~ Lanjut ke asrama dan mendengar beberapa penjelasan dari Jiny seputar kegiatan besok-besoknya.
Sambil mendengar, keringat udah mengucur. Mendorong koper di sepangjang perjalanan dengan jalan sepangjang ini dan penderitaan saat bertemu dengan tanjakan (hill). Menderitanya, tidak ada tukang angkat koper kayak di Soekarno-Hatta kah? Sumpah, hari itu capek banget!
Sampai di asrama, dua nenek udah menunggu.
"Hai, irrashaimashe". Dilanjutkan dengan kalimat Jepang. Dia ramah dan dengan cekatan melayani penghuni baru.
Langsung ke kamar? E-n-g-g-a-k. Masih banyak lagi yang harus dikerjakan. mendengar penjelasn dan bejibun aturan asrama. Tanda tangan pernyataan aturan, perkenalan, mandi, toilet, kamar, futon, AC, lemari, meja, kebersihan, kartu absen, dapur, laci sandal, laci dapur, sandal, mesin cuci, waduh banyak deh. Hari sebejibun penjelesanlah.
Jiny menawarkan untuk memandu kami ke supermarket " Hyaku-en shop" atau dikenal dengan toko serba 100 Yen/1 Dollar/ 10ribu rupiah tepatnya pukul 6 sore. Oh sorry, I can not since I'm to tired.
Tidurlah, tidurlah, tidurlah. hari pertama selesai. Sekarang siap-siap dulu buat jalan-jalan sama teman Aichi lah. Tidur.
Sesaat saya duduk, seorang pria kantoran merengkul tas laptopnya menyapa saya dengan bahasa Indonesia. Ternyata, ia adalah orang Jepang yang sudah lama bekerja di Indonesia sejak tahun 2003.
Dan dia duduk di samping saya, takdir ya?
Dia berasal dari Kawasaki, memiliki istri dan satu anak di Jepang sedangkan Satoshi-san sering pulang-pergi kerja ke Indonesia di dunia bisnis seperti kelapa sawit dan berbagai macam hal lainnya.Di tempatkan di Jakarta, Palembang dan Makassar. Bahasa Indonesianya pun bagus dan belum lama ini ini dia mengikuti ujian bahasa Indonesia. Selama belajar bahasa Indonesia, yang dirasakannya paling sulit ialah imbuhan dan kalimat pasif (serah terima). Curhat berbagai kesulitan bahasa ternyata sangat menyenangkan. Kami pun berbincang cukup lama, mulai dari makanan, musim, kemacetan, hingga ke-pariwisataan. Dia juga menjelaskan tempat-tempat yang saya lewati seperti Bay Bridge dan Minato Mirai 21 Yokohama.
Setelah dia turun di Kawasaki bersama penumpang lainnya, bus terasa sepi. Mulailah memotret kira kanan jendela. Perumahannya, toko-toko, jalan raya, benar-benar rapi, bersih, tenang dan berbeda.
Bus pun berhenti dan saya bertemu dengan orang penting, penjemput dari pihak penyelenggara. Dialah orang yang selama ini mengerim email ke saya serta penanggung jawab atas program ini. Utusan dari International Affairs of Tokai University, Jiny Nakamura. Cantik, langsing, putih dan ramah.
Barang saya berat. Satu koper dan satu tas raksasa yang berat. Dan gawatnya, dari sini masih naik kereta lagi. Waduh, naik turun tangga bawa koper, bagaimana ya. Bingung dengan tiket kereta, mulai dari beli, masuk dan keluarnya, bingung! Tapi untungnya Jiny membantu. Di dalam kereta, bisa kita rasakan, kita serasa di manga!!!
Kita sudah tiba di dunia manga! Harusnya udah sadar! Cewek-cewek berseragam sekolah medengar musik sambil bergosip, orang berjas kantoran yang duduk sambil tiduran, segerombalan pemuda-pemudi yang metal, kakek-kakek juga tidur, kereta dengan tempat duduk dan tempat kabin diatasnya, jendela kereta pun, MANGA sekali tau!!
Ini benar-benar berada di dunia manga, bukan?.Kyaaa!! Bisa kita rasakan hawa sepanas Indonesia di musim Natsu "Panas" ala Jepang. Tidak banyak yang berbeda, kecuali suasananya, high technology and clean.
Akhirnya tibalah di stasiun Tokai-daigaku mae! Ini masih distasiun, belum masuk asrama. Ok. masukkan tiket di dalam mesin lalu keluar, turun menggunakan elevator dan mengejar bus, sambil membawa koper, berat!
Di pintu masuk bus, Jiny mengambil secarik kertas dari mesin tak dikenal. Ya, itu tiket. "Kita bayarkan?"."Ya". "Kapan". "Tunggu, nanti pas keluar".
Oh, saat keluar ya? Hmm, masukkan uang pun dalam mesin. Serba teknologi.
Setibanya di depan gerbang, ambil foto~ Lanjut ke asrama dan mendengar beberapa penjelasan dari Jiny seputar kegiatan besok-besoknya.
Sambil mendengar, keringat udah mengucur. Mendorong koper di sepangjang perjalanan dengan jalan sepangjang ini dan penderitaan saat bertemu dengan tanjakan (hill). Menderitanya, tidak ada tukang angkat koper kayak di Soekarno-Hatta kah? Sumpah, hari itu capek banget!
Sampai di asrama, dua nenek udah menunggu.
"Hai, irrashaimashe". Dilanjutkan dengan kalimat Jepang. Dia ramah dan dengan cekatan melayani penghuni baru.
Langsung ke kamar? E-n-g-g-a-k. Masih banyak lagi yang harus dikerjakan. mendengar penjelasn dan bejibun aturan asrama. Tanda tangan pernyataan aturan, perkenalan, mandi, toilet, kamar, futon, AC, lemari, meja, kebersihan, kartu absen, dapur, laci sandal, laci dapur, sandal, mesin cuci, waduh banyak deh. Hari sebejibun penjelesanlah.
Jiny menawarkan untuk memandu kami ke supermarket " Hyaku-en shop" atau dikenal dengan toko serba 100 Yen/1 Dollar/ 10ribu rupiah tepatnya pukul 6 sore. Oh sorry, I can not since I'm to tired.
Tidurlah, tidurlah, tidurlah. hari pertama selesai. Sekarang siap-siap dulu buat jalan-jalan sama teman Aichi lah. Tidur.
--EH?
Jadi harus siapkan makanan sendiri? Kupikir makan udah termasuk semuanya.
Ok, tenyata makanan yang ditanggun adalah saat kita berada di luar kampus (asrama termasuk dalam kampus, kawan).
Bangun-bangun langsung hujan-hujan bawa payung pergi ke suupa (Supermarket), mirip Indomaret 24 jam. Untungnya ada 2 orang Nihonjin yang baik hati mengantarkan. Mereka bilang ga apa, lagi pula tidak jauh.
Kutelursuri jalan asing dan gelap dikelilingi berbagai macam asrama lainnya. Ini kok belum sampai ya? Oh, jadi segini pun dianggap ga jauh ? EeeeeH? Ini jauh tau.
Wah-wah, level jauh di Jepang dan Indonesia emang beda.
Setibanya di suupa, kami berpisah dan mengucapkan terima kasih.
Kita lihat, apa yang saya temukan? Tempat payung dan majalah sampai komik di samping pintu masuk. Wah ada komik sungguhan dan berbahasa jepang lagi, Kanji dimana-mana. *Aduh kepala sakit.
Jangan lupa, kita ga di Indonesia. Hati-hati, karena di Jepang, babi ada di mana-mana. Yang saya pahami adalah muslim perlu mencari makanan tanpa simbol kanji "豚" atau buta artinya babi. Saya ambil onigiri dan 3 mie cup.
Onigiri berkisar 100 - 200 Yen dan mie cup 100 - 200 ke ataslah.
20 menit sebelum asrama tutup. Lewati jalan yang sama, tapi makin jauh ternyata makin beda dengan yang tadi. Lebih gelap lagi. Ada petir pula. Tersesat? Wah sudah, maju saja, pasti ga jauh amat.
Lanjut dan saya menemukan asrama, di sisi jalan yang berbeda. Di sisi yang berebda ini, saya melihat orang. Herannya kedua orang ini diam, tak bergerak sedikit pun.
Saya mendekati mereka. Ternyata mereka patung. Semakin mendekat, ternyata ada patung-patung lainnya, menakutkan...Cepat-cepat lari dan akhirnya asrama pun di depan mata. Home sweet home.
Tadaima~
Jadi harus siapkan makanan sendiri? Kupikir makan udah termasuk semuanya.
Ok, tenyata makanan yang ditanggun adalah saat kita berada di luar kampus (asrama termasuk dalam kampus, kawan).
Bangun-bangun langsung hujan-hujan bawa payung pergi ke suupa (Supermarket), mirip Indomaret 24 jam. Untungnya ada 2 orang Nihonjin yang baik hati mengantarkan. Mereka bilang ga apa, lagi pula tidak jauh.
Kutelursuri jalan asing dan gelap dikelilingi berbagai macam asrama lainnya. Ini kok belum sampai ya? Oh, jadi segini pun dianggap ga jauh ? EeeeeH? Ini jauh tau.
Wah-wah, level jauh di Jepang dan Indonesia emang beda.
Setibanya di suupa, kami berpisah dan mengucapkan terima kasih.
Kita lihat, apa yang saya temukan? Tempat payung dan majalah sampai komik di samping pintu masuk. Wah ada komik sungguhan dan berbahasa jepang lagi, Kanji dimana-mana. *Aduh kepala sakit.
Jangan lupa, kita ga di Indonesia. Hati-hati, karena di Jepang, babi ada di mana-mana. Yang saya pahami adalah muslim perlu mencari makanan tanpa simbol kanji "豚" atau buta artinya babi. Saya ambil onigiri dan 3 mie cup.
Onigiri berkisar 100 - 200 Yen dan mie cup 100 - 200 ke ataslah.
20 menit sebelum asrama tutup. Lewati jalan yang sama, tapi makin jauh ternyata makin beda dengan yang tadi. Lebih gelap lagi. Ada petir pula. Tersesat? Wah sudah, maju saja, pasti ga jauh amat.
Lanjut dan saya menemukan asrama, di sisi jalan yang berbeda. Di sisi yang berebda ini, saya melihat orang. Herannya kedua orang ini diam, tak bergerak sedikit pun.
Saya mendekati mereka. Ternyata mereka patung. Semakin mendekat, ternyata ada patung-patung lainnya, menakutkan...Cepat-cepat lari dan akhirnya asrama pun di depan mata. Home sweet home.
Tadaima~