Selasa, 19 Januari 2016

Setelah di umumkan bahwa saya lolos tahap screening beasiswa NWU (Nara Women's University/奈良女子大学) di seleksi kantor prodi jurusanku, senangnya bukan main.

Dan setelah mengirimkan berkas kelengkapan ke pihak NWU lewat pos, saya diharuskan untuk menuggu hasilnya di bulan Desember akhir.


Ketika Desember 2015 berakhir, dan beganti menjadi 1 Januari 2016, tidak ada kabar dari NWU hingga saya kirimkan email di minggu ke-2 Januari, sambil dag dig , saya tetap menunggu jawaban.


Saya sebenarnya bahagia kalau tidak diterima, karena sepertinya akan ada kesempatan beasiswa lain yang akan datang ke UGM seperti Tohoku University dan Hokkaido University dan 100% sudah termasuk uang kuliah gratis dan uang jajan bulanan. Secara logika, lolosnya saya ke NWU pun akan membawa kebahagiaan sekaligus musibah baru.

Ya, beasiswa NWU ini hanya mencangkup uang kuliah gratis, sedangkan asrama dan biaya hidup sehari-hari berasal dari kantong ku sendiri! YA ALLAH!

Setelah mengirimkan email ke NWU mengenai lolos tidaknya saya, datanglah email di dua hari kemudiannya.

Kata mereka:
saya lolos dan disambut di bulan April tahun ini.

Senang?
Senang banget!
//loncat
SENENG BGT!
//teriak sambil meluk bantal

Namun, saya enggan memberi tahu ayah saya. Ayah saya adalah pengusaha, ibu saya IRT. Secara ekonomi, sebenarnya berkecukupan. Dan sebelum saya mengapply, telah mendapat restu penuh dari keluarga dengan kondisi, ada kemungkinan 50:50 bagi saya mendapatkan peluang JASSO atau tidak. Namun kepastian 100% bahwa NWU akan menggratiskan seluruh uang kuliah selama setahun ialah mutlak.

Sekarang, semua sudah terlanjur. Sudah ada kesempatan emas di depan, saya bisa belajar dan tinggal di Jepang selama setahun. Tinggal 3 bulan lagi.

Orang tua sudah setuju, dari kampus juga OK. Tapi hati saya, tidak demikian.

Kepala saya sejak saat itu pusing dan makin susah tidur. Bagaimana tidak? Membayangkan enakya hidup di Jogja, makan sekali cukup 5rb~10rb, lalu membayangkan dr yg sebulan 1,5 jt menjadi 8 jt / bln. Kepala saya semakin sakit hingga ke bagian mata tiap kali membayangkan uang 8 bulan hilang dalam sebulan. Sakit.

Tapi, buat ilmu memang tidak ada yang instan dan gratisan. Sekolah saya di UGM pun adaah bukti bahwa semuanya tidak instan dan gratisan.

Lantas
apa yang saya harus saya lakukan? Apa sebaiknya saya tolak saja beasiswa parsial ini?
Atau mengambil dengan resiko menghabiskan 8 jt/bln dari kantong orang tua saya sambil part time?

Saya takut mengambil keputusan.
Dan saya lebih takut, ketika saya tolak kesempatan ini, hilang sudah kepercayaan kampus/kantor prodi kepada saya dan enggan meloloskan saya ke program-program beasiswa lainnya. Dan lebih takut lagi, bagaimana bila NWU marah dan memblack list kampus ku!?

Semua kekhawitaran ini memang tidak disampaikan kepada saya, tapi saya takut akan kemungkinan-kemungkinan seperti ini.

Saya butuh saran dan dorongan...

Tagged: , ,

0 komentar:

Posting Komentar

LABEL

baito (1) beasiswa (2) beauty tips (1) Cat cafe (1) Cita-cita (1) Daily (6) Event (1) jalan-jalan (1) Japan (4) jogja (1) kerja (5) kucing (1) Kuliner (1) magang (4) Motivasi (3) product review (1) Review (1) story (5) Travel (1) trip (3) VISA (1) Wisata (2) yogyakarta (3)