Minggu, 07 Februari 2016

Suka duka anak magang?
Macam-macam!

                Bahagianya banyak, karena menuntut ilmunya langsung ke ranah praktek. Manfaatnya juga banyak karena kita belajar langsung didunia real! Atau bisa sebagai obat penyembuh kebosanan kita pada kelas berteori.
 Tapi,tapi,tapi dukanya juga banyak. Kalian selagi muda, sekali seumur hidup cobalah magang. Kali ini, saya lebih menjelaskan suka duka magang yang tidak digaji, tapi lingkungannya kondusif buat kerja. 
Saya mulai dari duka nya dulu, biar ending nya happy ending ya!
                Duka magang yang saya alami ialah:

                1.Tidak dapat tugas itu sakit
                Kebayang sehari dari jam 8 sampai jam 5 sore, tidak ada tugas?
Senang!?
Senang!?
Senang ya senang!?
Jawabannya ENGGAK!
Kalau andai saat seperti ini tidak diawasi atau kantor sepi, maknyus benar. Bisa internatan sepuasnya, baca blog orang, baca fanfic tapi gak bisa baca komik. Gila aja buka gambar dan komik, lalu dibelakang saya lewat sachou. Jangan JANGAN!
                Pokoknya, kalau tidak dapat tugas, sebisa mungkin saya mencari data yang bisa dibaca dan dipelajari sendiri. Kalau sudah bosan, rasanya ingin pulang saja daripada bengong.
                * Pulangkan sajaaaaaa, aku pada ibuku atau~ ayahkuuuu ..U woooh U wo~ooohh
                Kalau tak dapat tugas, mau santai internatan rasanya salah , tapi kalau mau kerja , kerja yang ada ya cuma makan pisang satu ikat. Ya juga gak ada kerjaan. Akhirnya, saya cuma bisa baca-baca file-file laporan excel yang dah lama seakan sedang kerja biar gak dianggap malas.

                2. Tidak ada teman seumuran
                Ini mungkin berlaku kalau bagi perusahaan bermayoritas pegawai umur 30 ke atas. Runyam, runyam. Sebisa mungkin menjaga jarak karena jarak umur. Selain itu, ingatlah mereka tidak muda lagi, sehingga mereka tentu lebih mengutamakan waktu keluarga daripada bermain sama rekan kerja. Sangat berbeda dengan kita yang suka refereshing, futsalan bareng, karaoke bareng. Sehingga saya pun jadi serasa kurang hiburan sosial.

                3. Waktu bermain semakin berkurang
                Sedih ga bisa baca komik, padahal dah update dari 3 hari yang lalu, tapi pas sampai di rumah bawaannya capek, dan lupa! Giliran anime yang sudah didonlod bejibun pakai net kantor, ujung-ujungnya lupa kutonton. Pokoknya jadi gak serba updet dengan hiburan tercinta.

                4. Susahnya melawan rasa takut mencari/bertanya pada atasan
                Kerasa banget nih. Saya terkadang takut kalau mau berbicara dengan atasan, karena mereka sibuk banget. Jalan sana kemari, tiba-tiba ngilang dari meja, padahal saya butuh tanda tangan dan bertanya sesuatu.
Begitu tiba di meja dan di samperin, eh, ternyataa~
//balik badan dan sedang sibuk telpon. Makanya, sebisa mungkin saya selalu melihat mood dan kondisi atasan, apakah sudah bisa diajak bicara atau belum, INi penting, karena atasan kita juga manusia. Hormati dan peka lah dengan kesibukannya.

Tapi bahagianya malah lebih banyak.
1. Dapat makan siang gratis
                Ada beberapa perusahaan yang dengan baik menyediakan makan siang untuk karyawan. Sewaktu saya magang di perusahaan manufaktur, makanannya sungguh bergizi. 4 sehat lima sempurna deh! Mungkin kalau dari segi enak, gak kalah enak denga makanan pas di Jogja, tapi kalau dari segi gizi, disini joz markotop!

2. Snack gratis
               Hampir tiap hari, pegawai suka bawa snack dari rumah dan alhasil, aku juga sering dapat snack! Ada crackers, brownies, kue tart ulang tahun, donat kurma, pisang goreng, pisang satu ikat, makan sampai bodoh! Program diet bisa gagal.

3. Ilmu semakin bertambah
                Siapa bilang mencari ilmu di kelas itu cukup? Mencari ilmu esensi dasarnya mutlak bagi siapapun! Dair magan, saya mendapat begitu banyak kosakata dan kanji asing yang tidak pernah saya jumpai sebelumnya, dan beberapa istilah yang sering digunakan perusahaan. Selain itu, saya juga belajar mengecek Cutting Box barang sebelum di Ekspor,membuat laporan harian magang , proses alur produksi hingga cara menghadapi orang dari berbagai posisi.

4. Menyadarkan kita tentang realita dunia kerja
                Kerja dari pagi sampai sore, sekilas tampak tidak jauh berbeda dengan rutinitas anak SMA, tapi tahukah kalian, bagi anak kuliah semester akhir, dimana ke kampus pun seminggu gak sampai dua kali, lalu terpaksa harus kembali ke ritme ini adalah neraka baru. Seminggu awal , karena shock dengan ritme ala anak SMA ini, bawaan nya cepat ngatuk dan badan lesu. Tapi dua minggu dan seterusnya, sudah semakin terbiasa. Belum jadi pegawai tetap sudah segini lelah nya makanya musti siap kalau kerja nyata pastinya bisa 2~3kali lipat. Bagus banget untuk dijadikan pelajaran baru untuk semua kalangan.

5. Tambah sehat dan bugas
                Setiap pagi, ada olahraga rutin , semacam senam ringan dan di hari Jumatnya kerja bakti. Kuliah kan udah hilang matpel PENJASKES, jadi ini bagus buat kesehatan.
6. Mengasah logika dan soft skill
                Tidak kusangka, saya anak sastra musti mengingat kembali rumus excel dan belajar kembali rumus rumus runyam ini. Untungnya ada internet jadi cukup mudah mengingat rumus-rumus dari excel. Selain itu, seiring kita kerja, kita belajar dari banyaknya nasihat dan wejangan dari pegawai dan atasan. Selain membanting diri dengan mental baru, kita juga semakin dilatih untuk menjadi pribadi yang prima dan mantap dalam berkomunikasi.
                Selain itu, jangan anggap remeh untuk mengingat setiap nama dan posisi jabatan yang diampu oleh pegawai didekatmu. Dengan begitu, mereka pasti meras dihargai, seperti saya yang senang ketika nama dan asalku yang diingat oleh mereka.

7. Menambah networking
                Yang ini gak usah ditanya. Jalin sebaik mungkin hubungan ketika di perusahaan, simpan kontaknya. Suatu saat pasti akan berguna, mungkin untuk rekomendasi atau mencari bantuan.

8. Memperindah CV
                Yang ini pasti berguna sekali. Perusahaan harus mencari kandidat terbaik hanya dengan membaca 1.80 detik per lembar CV. BIsa jadi, kamulah kandidat yang dibutuhkan oleh mereka.

9. Bisa melatih bahasa Jepang

                Ini berlaku ketika kita berada di perusahaan yang memiliki peluang untuk bertemu dengan native Japanese. Skill bahasa Jepang cukup terlatih karena mayoritas istilah perusahaan dan istilah-istilah dalam perusahaan berasal dari kamus Jepang.

Mungkin ini yang saya bisa sharing sama teman-teman semua. Kalau mau menambahkan suka-duka magang,, langsung saja di komentar~ /(>u<)/

                Hukum absolut yang dipelajari dalam fisika SMA tidak ada apa-apanya dibandingkan absolutivitas orang tua.  
                Sering kah kalian mendengar cerita, anak yang harus menempuh jurusan kuliah pilihan ibunya dengan terpaksa demi membahagiakan orang tua? Atau harus masuk jurusan teknik sipil padahal dalam hati berkata jurusan Ekonomi? Sekelumit fenomena pasaran ini sudah terjadi dimana-mana.
                Beruntung, saya dilahirkan di keluarga cukup dekromatis. Segala keinginan dan pilihan dapat ditawar . Ketika tidak setuju, anak harus memantapkan resolusi pandangan lebih dari 2 sudut, memaparkan alasan dan kemantapan untuk bertanggung jawab. Pilihan dapat dilegalisir ketika ada kemantapan dan keberanian untuk menanggung kerasnya tanggung jawab pantang mundur. Sejauh ini, inilah yang mendefinisikan metode saya ketika bernegosiasi dengan orang tua.

                Saya mau masuk sekolah ini, OK. Saya ingin coba kursus itu, OK. Ketika mau merantau ke pulau Jawa untuk SMA, juga OK. Ketika membeli banyak alat lukis, dijawab OK. Ketika ingin motor, ortu sudah yakin dan saya pun sudah cukup berani dan tidak ragu-ragu, juga direstui OK. Ketika saya menginginkan laptop Mac Apple dikarenakan saya ingin menggambar digital art lebih baik, juga tiba-tiba dikasih OK. Ketika SMA kelas 2, saya minta Pen tablet Wacoom yang harganya lebih mahal dari PS, herannya langsung dikasih OK. Banyak OK dari segala permintaan saya.
                Tapi, banyak juga kata TIDAK tanda gagal nego. Seperti ketika meminta PS2 yang baru, jawabanya TIDAK BOLEH. Ketika minta hadiah Ultah PS3, TIDAK BOLEH. Ketika saya bersikeras hanya ingin pakai sepatu simple favoritku meski robek sedikit dan tidak terlalu kelihatan robeknya, juga TIDAK BOLEH. Ketika saya mau bermain ke rental PS, juga TIDAK BOLEH. Banyak sekali pertengkaran untuk menentang. Banyak perdebataan dengan saling melempar alasan yang saya anggap TIDAK rasional. Mengapa saya tidak boleh memiliki PS(Playstation), padahal nilai sekolah saya baik dan saya juga selalu menepati janji bahwa hanya bermain di hari Sabtu Minggu. Kenapa saya tidak boleh ke rental PS, hanya karena takut saya sendiri yang cewek disana? Mana feminisme! Kenapa tidak boleh pakai sepatu favoritku, dan harus beli lagi sepatu baru padahal sepatuku yang sekarang masih bisa layak pakai!? Dan apa  manfaatnya ketika memakai sepatu baru demi dianggap baik didepan orang lain?

                 Semakin naik umur, semakin banyak pengalaman yang menempa cara-cara nego dengan orang tua. Ketika kuliah, pergi kemanapun, mayoritas dikasih OK dan proses nego tidak sesulit ketika masih kecil. Capek juga terkadang harus ikut kemauan ortu semisal ikut acara undangan teman kerjanya, atau harus pergi acara makan-makan keluarga ketika besoknya ada ujian. Saya juga harus bilang OK untuk permntaan mereka.
                Ketika saya masuk kuliah, tidak ada pertanyaan pada pilihan jurusanku. Semua pilihan masa depan, telah dipercayakan sehingga ketika saya mencoba Binus, President University, UGM, UII dll tak ada kesulitan. Hasil apapun, ortu manut karena tau yang menjalani hidup tersebut adalah saya.
                Saat mencoba berbagai macam beasiswa, semuanya juga mendukung. Tidak ada pertanyaan apapun dan langsung mendukung.
               3 tahun sudah perjalanan saya mencari beasiswa ke Jepang di Sastra Jepang dan lagi-lagi gagal. Saya memutuskan untuk coba lagi tapi herannya, kali ini orang tua  melarang. Jelas-jelas saya tidak dapat beasiswa full, dan hanya mendapat uang kuliah gratis saja adalah pertanda saya telah gagal. Saya mau mencoba 3 beasiswa yang sedang buka di kampus seperti ke Tohoku U, Hokkaido U dan Saga U. Ada Jasso (uang jajan 8jt/bln) + uang kuliah gratis. Lebih baik daripada beasiswa Nara yang hanya tembus di uang kuliah saja. Kecewa sekali rasanya, makanya beasiswa parsial ini pun saya tolak.

                Tapi, dari Nara Womens U memberi deadline sampai 1 Febuari, agar saya memberi jawaban tolak secara resmi dari kampus. Selama jangka seminggu itu, saya banyak berpikir lagi. Disini, saya mengingat lagi tulisan di tembok kamar. Ada tulisan, saya harus dapat beasiswa di daerah Kansai ( Nara, Kyoto, Osaka).
                Tanpa disadari, tembusnya beasiswa ini adalah SETENGAH jawaban dari doa-doa di tembok kamar. Tapi saya mantap, harus tolak dan segera move on ke beasiswa lainnya. Semester 8, semester ini adalah kesempatan terakhir saya mendaftar beasiswa Exchange kampus.
                Lalu, orang tua saya langsung menelpon, murka. Murka karena saya menolak beasiswa Nara. Saya memaparkan, ada universitas lain yang juga sedang buka peluang lebih baik, dan saya mau coba jadi mohon doanya. Tapi tidak ada doa yang mereka berikan untuk kesempatan ini. Mereka marah kalau saya tolak. Katanya, papa punya dana cukup andai uang jajan 8jt/bulan selama setahun.
                Jujur, saya orang Sulawesi, dimana biaya hidup bisa semahal hidup di Jakarta/Surabaya. Kemudia saya merantau selama 6 tahun terakhir ini dan menetap di Jogja, dimana sebulan saja hanya habis 1 jt~1,5 jt saja. Kagok keras, kalau membayangkan saya harus mengeluarkan 8 jt, sebanding dengan harga kosku per tahun. Shock berat, bila membayangkan saya harus membeli makanan seharga 500 yen (Rp50.000,-) yang cukup menghidupi saya selama 2 hari makan enak di jogja.

                Pupus sudah. Saya tidak akan mencoba beasiswa exchange S1 lagi. Putus asa.

    Karena kerasnya orang tua dan kemantapan mereka untuk menafkahi uang jajan selama setahun, maka untuk meredamkan bara api di perdebatan, saya putuskan untuk ambil saja beasiswa ini. Rasanya senang tapi juga mau gila! Gila! Padahal, didepan mata, meski belum tahu hasilnya, jelas-jelas didepan mata ada kesempatan beasiswa yang jauh lebih baik, tapi harus mengambil beasiswa kuliah tanpa uang jajan, rasanya mau gila. Rasanya mau mencak-mencak marah kayak cicak!
Teman—teman saya juga kaget. Tidak ada teman sejurusan yang berani ambil beasiswa parsial tanpa uang jajan karena biaya. Saya juga mencoba karena ada tawaran beasiswa dan peluang Jasso.Sama seperti teman saya, ada yang lolos ke Chiba U dengan uang kuliah gratis tapi gagal dapat Jasso. Alhasil, dia tolak dan mau move on ke beasiswa lainnya.

Saya juga mau move on, tapi restu Ortu ternyata sama kuatnya dengan restu Tuhan.
28 Januari 2016

Sudah 2 minggu berlalu sejak saya mulai magang di, Makassar. Pagi berangkat jam 7 , pulang jam 17 sore. Jalan pagi sangat mulus, kalau macet pun tidak bisa dikatakan macet. Pegal pegal, tangan kaki pegal. Macetnya luar biasa ya ketika pulang sore, apalagi dari RM MIE TITI jalan Perintis hingga jembatan. Bosan dengan macet.

                Sehingga, saya putuskan untuk memuaskan rasa penasaran pada kehidupan kampus anak Universitas Hasanudin dengan menunda kepulangan. Dari arah Kapasa Raya- Perintis Kemerdekaan, saya putuskan belok ke arah timur menjuju Rumah Sakit Mata UNHAS. Di kira kanan penuh dengan parkiran kendaraan dan pedagan kaki lima. Lalu sejauh mata memandang ada CFC.  Kebayang anak kampus nongkrong nyambi tugas kuliah di sini.

Kemudian saya semakin takjub dengan rindang nya pohon-pohon disini. Dan betapa sejuknya kampus Unhas. Dibandingkan UGM, Unhas lebih sejuk dan hijau. Saya suka berada di kampus ini. Lapangan kosong dan luas masih banyak di sepanjang Fakultas Kedokteran- Hukum-FIB.  Karena sore, kiri kanan penuh dengan aktivitas jogging. Kalau kemaren saya berhenti di danau Unhas, sekarang saya mau coba ke gelanggang mahasiswa nya UNHAS. Karena pastinya lebih ramai sekaligus mencuci mata.

Lapar. Tak lengkap rasanya duduk santai tanpa santapan bakso tusuk saos kacang. Betapa ramainya disini. Ada 3 lapangan basket , satu lapangan voli dan 2 lapangan sepak bola. Terlihat juga gedung arena olahraga yang masih setengah jadi. Masih abu warnanya dan beton berpondasi.

Ada tiga anak mahasiswa bersama 5 anak kecil bergantian melempar bola basket. Ada juga 4 cewek yang sealu gagal membidik bolanya ke keranjang ring. Dan ada pula 6 cowok yang kepalanya botak semua, bermain basket dengan girang. Saya semakin menggila ketika ada 2 cowok jatuh dan saling terlentang di lapangan basket seakan berpeluk bak ship Midotaka (guilty-guilty).

                Lalu ada lapangan voli yang penuh dengan atlet badan bidan latihan receive dan toss. Hatisemakin kacau balau bilamana melihat orang main voli. Semakin terhanyut dalam bayang lama tentang tawa teman desa di Bebalang, di desa KKN setahun yang lalu.

Kehidupan kantor yang dipenuhi dengan pegawai berumur lebih tua membuat saya semakin larut dalam hening hampa. Tak ada teman bicara lagi. Besok saya putuskan untuk duduk di sekitaran lapangan /keramaian yang lainnya, tentunya di sekitar UNHAS agar ramai hati.


Tak terasa sudah sejam saya duduk. Lapangan semakin kehilangan orang-orangnya yang telah bergegas untuk pulang kerumah. Langit gelap dan saya juga ingin pulang. Ingin makan ikan secepatnya di rumah.
                Saya akan memaparkan secara singkat, bagaimana saya memilih tempat magang khususnya yang tertarik atau membayang magang di hotel-atau yang berhubungan dengan hospitality. Dulu, saya pernah magang di semester 4 di kantor informasi Pariwisata DIY.

             Kamus SANGAT cocok magang di hotel~kantor informasi pariwisata~bidang hospitality ketika kamu:

1. Senang melayani orang lain
2. Suka dengan pertukaan budaya dan travelling
3. Sering ikut forum dan kumpul dengan anak exchange
4. Hobi jadi liaison officer
5. Mempunyai minat besar pada bahasa asing dan budaya
6. atau mungkin kamu adalah anak jurusan sastra/pariwisata/ilmu budaya
7. Punya sohib/pacar LDR-an dengan orang dari negara lain.
8. Pernah memberikan tumpangan tidur di rumah/kos untuk teman-teman kamu.
9. Hafal jalanan kota sampe jalan tikus-tikus.
10. Mencintai budaya local
11. Suka menari/membatik/mewarisi kemampuan budaya local khas
12. Ingin membangun networking dengan siapa pun tanpa malu.

Kamus cocok magang di hotel~kantor informasi pariwisata~bidang hospitality ketika kamu:

1. Senang travelling~jalan-jalan
2. Menguasai dan ingin meningkatkan salah satu bahasa asing dengan baik
3. Suka berbincang dengan orang baru
4. Suka terlibat dengan acara hubungan internasional
5. Pernah jadi liaison officer/humas

Kamus mungkin cocok magang di hotel~kantor informasi pariwisata~bidang hospitality ketika kamu:

1. Menyukai kuliner
2. Pernah berkunjung ke spot pariwisata
3. Menjuluki dirinya pengguna setia kereta/pesawat/bus
4. Telah banyak berkunjung ke kota-kota lain
5. Pernah satu-dua kali berbincang dengan orang asing


Tulisan saya tidak 100% benar. Ini hanya tulisan bedasarkan hasil pengamatan saya selama 7 tahun merantau tinggal di Yogyakarta dan telah merasakan seluruh hal di atas. Selain itu, ini adalah hasil pengamatan dari lingkungan sekitar kampus, teman-teman liaison officer, anggota penerjemahan di beberapa event dan teman sekelas yang mempunyai beberapa syarat di atas

LABEL

baito (1) beasiswa (2) beauty tips (1) Cat cafe (1) Cita-cita (1) Daily (6) Event (1) jalan-jalan (1) Japan (4) jogja (1) kerja (5) kucing (1) Kuliner (1) magang (4) Motivasi (3) product review (1) Review (1) story (5) Travel (1) trip (3) VISA (1) Wisata (2) yogyakarta (3)