28 Januari 2016
Sudah 2 minggu berlalu sejak
saya mulai magang di, Makassar. Pagi berangkat jam 7 , pulang jam 17 sore. Jalan
pagi sangat mulus, kalau macet pun tidak bisa dikatakan macet. Pegal pegal,
tangan kaki pegal. Macetnya luar biasa ya ketika pulang sore, apalagi dari RM
MIE TITI jalan Perintis hingga jembatan. Bosan dengan macet.
Sehingga, saya putuskan untuk memuaskan rasa penasaran pada kehidupan kampus anak Universitas Hasanudin dengan menunda kepulangan. Dari arah Kapasa Raya- Perintis Kemerdekaan, saya putuskan belok ke arah timur menjuju Rumah Sakit Mata UNHAS. Di kira kanan penuh dengan parkiran kendaraan dan pedagan kaki lima. Lalu sejauh mata memandang ada CFC. Kebayang anak kampus nongkrong nyambi tugas kuliah di sini.
Kemudian saya semakin takjub
dengan rindang nya pohon-pohon disini. Dan betapa sejuknya kampus Unhas.
Dibandingkan UGM, Unhas lebih sejuk dan hijau. Saya suka berada di kampus ini.
Lapangan kosong dan luas masih banyak di sepanjang Fakultas Kedokteran-
Hukum-FIB. Karena sore, kiri kanan penuh
dengan aktivitas jogging. Kalau kemaren saya berhenti di danau Unhas, sekarang
saya mau coba ke gelanggang mahasiswa nya UNHAS. Karena pastinya lebih ramai
sekaligus mencuci mata.
Lapar. Tak lengkap rasanya duduk
santai tanpa santapan bakso tusuk saos kacang. Betapa ramainya disini. Ada 3
lapangan basket , satu lapangan voli dan 2 lapangan sepak bola. Terlihat juga
gedung arena olahraga yang masih setengah jadi. Masih abu warnanya dan beton
berpondasi.
Ada tiga anak mahasiswa bersama
5 anak kecil bergantian melempar bola basket. Ada juga 4 cewek yang sealu gagal
membidik bolanya ke keranjang ring. Dan ada pula 6 cowok yang kepalanya botak
semua, bermain basket dengan girang. Saya semakin menggila ketika ada 2 cowok
jatuh dan saling terlentang di lapangan basket seakan berpeluk bak ship
Midotaka (guilty-guilty).
Lalu ada lapangan voli yang penuh dengan atlet badan bidan latihan receive dan toss. Hatisemakin kacau balau bilamana melihat orang main voli. Semakin terhanyut dalam bayang lama tentang tawa teman desa di Bebalang, di desa KKN setahun yang lalu.
Kehidupan kantor yang dipenuhi
dengan pegawai berumur lebih tua membuat saya semakin larut dalam hening hampa.
Tak ada teman bicara lagi. Besok saya putuskan untuk duduk di sekitaran
lapangan /keramaian yang lainnya, tentunya di sekitar UNHAS agar ramai hati.
Tak terasa sudah sejam saya
duduk. Lapangan semakin kehilangan orang-orangnya yang telah bergegas untuk
pulang kerumah. Langit gelap dan saya juga ingin pulang. Ingin makan ikan
secepatnya di rumah.
0 komentar:
Posting Komentar